Kisah para ‘Pelajar Jawa’ di Istanbul
PADA dua dekade terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemerintah Turki Utsmani mendirikan konsulat di Batavia. Keberadaan konsulat ini sebetulnya tidak disukai oleh pemerintah Hindia Belanda, tetapi diterima juga, walaupun para konsul itu hanya dianggap sebagai agen perdagangan saja. Di pihak...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Hidayatullah.com
2020
|
Subjects: | |
Online Access: | http://irep.iium.edu.my/84181/1/84181_Kisah%20para%20%E2%80%98Pelajar%20Jawa%E2%80%99%20di%20Istanbul.pdf http://irep.iium.edu.my/84181/ https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2020/10/30/194736/kisah-para-pelajar-jawa-di-istanbul.html |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | PADA dua dekade terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemerintah Turki Utsmani mendirikan konsulat di Batavia. Keberadaan konsulat ini sebetulnya tidak disukai oleh pemerintah Hindia Belanda, tetapi diterima juga, walaupun para konsul itu hanya dianggap sebagai agen perdagangan saja.
Di pihak Turki Utsmani sendiri, tujuan pengangkatan para konsul tersebut adalah “untuk melindungi warga Turki Utsmani di Jawa” (Terzi, Ergün, Alacagöz, 2017: 302).
Konsul yang pertama ditunjuk pada tahun 1882 adalah Sayyid Aziz Effendi atau Abdul Aziz al-Musawi al-Kazimi, seorang peniaga asal Mosul atau Baghdad yang menetap di Batavia. Ia merupakan mertua dari seorang saudagar Hadrami bernama Abdullah bin Alwi Alatas. |
---|