The nexus between income inequality and environmental degradation in ASEAN-6 countries during 1992–2015 from Islamic perspective

• Main Authors: Nurrachmi, Rininita, Duasa, Jarita, Ariffin, Muhammad Irwan, Afroz, Rafia
• Format: Article
• Language: English
• Published: IPB University & Indonesian Association of Islamic Economist (IAEI) 2024
• Subjects: H Social Sciences (General)
• Online Access: http://irep.iium.edu.my/115986/1/115986_The%20nexus%20between%20income%20inequality.pdf; http://irep.iium.edu.my/115986/; https://journal.ipb.ac.id/index.php/jalmuzaraah/article/view/56182

The purpose of the study is to examine the relationship between income inequality and environmental degradation in ASEAN-6 countries namely Indonesia, Malaysia, the Philippines, Thailand, Singapore, and Vietnam. It also provide analysis from the Islamic perspective based on result of the econometric regression. The study utilizes annual panel data from1992 until 2015 where the region suffered from high income distribution and environmental degradation. The analytical tool used in the study is Bias-Corrected Least Squared Dummy Variable (LSDVC), which is sufficient for small panel data. The methodological approach leads to two main findings. First, income inequality, measured by Gini coefficient, is contributing to environmental degradation (proxied by CO₂ emission and Natural Resources Depletion) in the short- and long-run term. Other explanatory variables namely GDP per capita and energy consumption, also impact significantly on environmental degradation level in the short- and long-term. From the findings, it is recommended that greater investment is required in addressing high level of income inequality and environmental issues. Instruments in Islam such as zakat and waqf provide solution to overcome issue of high income gap and environmental degradation in ASEAN-6 countries, moreover majority of Muslim population located in ASEAN countries. Hence, collaboration should be enhanced among the ASEAN-6 countries where wealth distribution, technology and knowledge sharing from high income countries to low and middle-income in ASEAN countries to mitigate the negative impact of high income inequality and environmental issue in the region. ***** Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan ketimpangan pendapatan dengan degradasi lingkungan di enam negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam. Penelitian ini juga memberikan analisis dari perspektif Islam berdasarkan hasil regresi ekonometrik. Studi ini menggunakan data panel tahunan dari tahun 1992 hingga 2015 di mana keenam negara-negara ASEAN tersebut mengalami kesenjangan pendapatan dan degradasi lingkungan yang tinggi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bias-Corrected Least Squared Dummy Variable (LSDVC) yang sesuai untuk data panel berukuran kecil. Penemuannya mengarah kepada dua hal. Pertama, ketimpangan pendapatan, yang diukur dengan Gini koefisien, berkontribusi terhadap degradasi lingkungan (diproksikan dengan emisi CO₂ dan penipisan sumber daya alam) dalam jangka pendek dan jangka panjang. Variabel bebas lainnya yaitu PDB per kapita dan konsumsi energi, juga berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat degradasi lingkungan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dari temuan-temuan tersebut, disarankan dilakukannya investasi untuk mengatasi tingginya tingkat ketimpangan pendapatan dan permasalahan lingkungan hidup antar enam negara-negara ASEAN tersebut. Instrumen dalam Islam seperti zakat dan wakaf memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan kesenjangan pendapatan yang tinggi dan degradasi lingkungan dienam negara-negara ASEAN, apalagi mayoritas penduduk Muslim dunia terletak di negara ASEAN. Oleh karena itu, kolaborasi harus ditingkatkan di antara enam negara-negara ASEAN sehingga bisa terjadi distribusi kekayaan, teknologi dan pertukaran pengetahuan dari negara-negara ASEAN yang berpendapatan tinggi ke negara-negara ASEAN berpendapatan rendah dan menengah sehingga dapat memitigasi dampak negatif dari ketimpangan pendapatan yang tinggi dan masalah lingkungan hidup di kawasan tersebut.